Minggu, 16 April 2017

TOKSIKOLOGI INDUSTRI

TOKSIKOLOGI

Yaitu ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya terhadap tubuh manusia

TOKSIKOLOGI INDUSTRI
Adalah salah satu cabang ilmu toksikologi yang menaruh perhatian pada pengaruh pemajanan bahan-bahan yang dipakai dari sejak awal sebagai bahan baku, proses produksi, hasil produksi beserta penanganannya terhadap tenaga kerja yang bekerja di unit produksi tersebut.



PENGERTIAN
Ø TOKSIN/RACUN
Yaitu suatu zat yang dalam jumlah relative kecil mengganggu kesehatan manusia
Ø XENOBIOTIK
Yaitu sebutan untuk semua bahan yang asing bagi tubuh, Mis: bahan obat, bahan kimia
Ø TOKSISITAS
Yaitu kemampuan suatu zat untuk menimbulkan kerusakan pada organ tubuh suatu organisme
Ø LD50 Suatu zat
Yaitu dosis yang dapat menyebabkan kematian pada 50 % binatang percobaan dalam spesies yang sama setelah terpapar suatu zat dalam waktu tertentu
Ø ED50 (efektif dosis)
Yaitu dosis yang dapat menimbulkan efek spesifik selain kematian pada 50 % binatang percobaan
Ø DOSIS
Yaitu jumlah xenobiotik yang masuk ke dalam tubuh manusia
Ø HUBUNGAN DOSIS DAN EFEK (Dose-Effect Relationship)
Yaitu hubungan antara dosis dengan efek yang terjadi pada manusia
Ø DOSE RESPONSE RELATIONSHIP
Yaitu hubungan antara dosis dan prosentase individu yang menunjukkan gejala tertentu/spesifik
Ø EFEK ADITIF
Yaitu efek yang terjadi bila kombinasi dua atau lebih bahan kimia saling mengkuatkan
Ø MASA LATEN
Yaitu waktu antara pemaparan pertama dengan timbulnya gejala/respon
Ø EFEK SISTEMIK
Yaitu efek toksik pada jaringan seluruh tubuh
Ø TARGET ORGAN
Target organ adalah organ yang paling sensitif terhadap pajanan yang terjadi
Ø EFEK AKUT
Efek yang terjadi sesudah terpajan dalam waktu singkat (jam, hari)
Ø EFEK KRONIS
Efek yang terjadi setelah pajanan yang cukup lama (bulanan, tahunan)

MASUKNYA BAHAN KIMIA KEDALAM TUBUH
Þ EFEK:
1. LOKAL : (pada bagian yang terkena bahan kimia)
2. SISTEMIK : (bila bahan kimia terserap kedalam tubuh

Þ ABSORBSI
Bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui:
a. Saluran pernafasan (terhirup)
Ex : gas (CO,NOx,), Uap (benzene, CCl4), bahan mudah larut (Kloroform),   debu (partikel ukuran 1-10 u ,ditimbun di paru-paru
b. Saluran pencernaan (tertelan)
Biasanya karena kecelakaan, lambung kosong mempercepat penyerapannya
c. Kulit (zat-zat yang toksik, zat yg larut dalam lemak, insektisida, organik solvent (efek sistemik))
d. Suntikan intravena, intra muskular, sub kutan dll

Þ DISTRIBUSI
- Bahan kimia organik (methyl merkuri) dapat menembus organ (otak)
- Bahan Kima anorganik (merkuri) tidak dapat menembus otak tapi tertimbun dalam ginjal
- Hati dan ginjal memiliki kapasitas mengikat bahan kimia yang tinggi dibanding organ lain, karena fungsi sebagai organ yang memetabolisirdan membuang bahan kimia berbahaya
- Bahan yang mudah larut dalam lemak, maka jaringan lemak merupakan tempat penimbunan bahan yang mudah larut dalam lemak (ex. DDT, Diedrin, Polychlorinated biphenyls(PCB)

Þ EKSKRESI
- bahan kimia diekskresikan dapat dalam bentuk bahan asal maupun metabolitnya
- ekskresi utama melalui ginjal (hampir semua kimia berbahaya) bahan-bahan tertentu lewat hati dan paru-paru
- ekskresi melalui ginjal terutama bahan yang larut dalam air
- ekskresi melalui paru-paru, untuk bahan yang pada suhu tubuh masih berbentuk gas (ex. CO)

EFEK TOKSIK PADA TUBUH
1. LOKAL DAN SISTEMIK
- Lokal : bahan yang bersifat korosif, iritatif
- Sistemik : terjadi setelah bahan kimia masuk, diserap dan distribusikan ke tubuh
- Konsentrasi bahan berbahaya tidak selalu paling tinggi dalam target organ  (ex. Target organ methyl merkuri adalah otak, tapi konsentrasi tertinggi ada di hati dan ginjal, DDT target organnya adalah susunan pusat syaraf pusat tapi konsentrasi tertinggi pada jaringan lemak)

2. EFEK YANG REVERSIBLE DAN IRREVERSIBLE
- Reversible : bila efek yang terjadi hilang dengan dihentikannya paparan bahan berbahaya. Biasanya konsentrasi masih rendah dan waktu singkat.
- Irreversible : bila efek yang terjadi terus menerus bahkan jadi parah walau pajanan telah dihentikan (ex. Karsinoma, penyakit hati), biasanya konsentrasi tinggi dan waktu lama

3. EFEK LANGSUNG DAN TERTUNDA
- efek langsung : segera terjadi setelah pajanan (ex. Sianida)
- efek tertunda : efek yang terjadibeberapa waktu setelah pajanan (efek karsinogenik)

4. REAKSI ALERGI DAN IDIOSYNKRASI
- Reaksi alergi (hipersensitivitas) terjadi karena adanya sensitisasi sebelumnya yang menyebabkan dibentuknya antibodi oleh tubuh
- Reaksi Idiosynkrasi : merupakan reaksi tubuh yang abnormal terhadap karena genetik (ex. Kekurangan enzim succynicholin)

KLASIFIKASI BAHAN BERACUN
Antara lain :
1. Berdasarkan penggunaan bahan: solvent, aditif makanan dll
2. Berdasarkan target organ: hati, ginjal, paru, system haemopoetik
3. Berdasarkan fisiknya: gas, debu, cair, fume, uap dsb
4. Berdasarkan kandungan kimia: aromatic amine, hidrokarbon dll
5. Berdasarkan toksisitasnya: Ringan, sedang dan berat
6. Berdasarkan fisiologinya: iritan, asfiksan, karsinogenik dll

TINGKAT KERACUNAN BAHAN BERACUN
- Tidak ada batasan yang jelas antara bahan kimia berbahaya dan tidak berbahaya
- Bahan kimia berbahaya bila ditangani dengan baik dan benar akan aman digunakan
- Bahan kimia tidak berbahaya bila ditangani secara sembrono akan menjadi sangat berbahaya
- Paracelsus (1493-1541) ” semua bahan adalah racun, tidak ada bahan apapun yang bukan racun, hanya dosis yang benar membedakan apakah menjadi racun atau obat”
- Untuk mengetahui toksisitas bahan dikenal LD50, semakin rendah LD50 suatu bahan, maka makin berbahaya bagi tubuh dan sebaliknya
Racun super: 5 mg/kgBB atau kurang, contoh: Nikotin
Amat sangat beracun: (5-50 mg/kgBB), contoh: Timbal arsenat
Amat beracun: (50-500 mg/kgBB), contoh: Hidrokinon
Beracun sedang: (0.5-5 g/kgBB), contoh: Isopropanol
Sedikit beracun: (5-15 g/kgBB), contoh: Asam ascorbat
Tidak beracun: (>15 g/kgBB), contoh: Propilen glikol

FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT KERACUNAN
1. Sifat Fisik bahan kimia
9 Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru
2. Dosis (konsentrasi) *
9 Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek bahan racunnya
9 E = T x C
E = efek akhir yang terjadi (diturunkan seminimal dengan NAB)
T = time
C = concentration
9 Pajanan bisa akut dan kronis
3. Lamanya pemajanan *
- gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis
4. Interaksi bahan kimia
9 Aditif : efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia ex. Organophosphat dengan enzim cholinesterase
9 Sinergistik : efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2  ex. Pajanan asbes dengan merokok
9 Antagonistik : bila efek menjadi lebih ringan
5. Distribusi
9 Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah sehingga terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh
6. Pengeluaran
9 Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan paru-paru
7. Faktor tuan rumah (host)
- Faktor genetic
- Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati
- Factor umur
- Status kesehatan
- Hygiene perorangan dan perilaku hidup
NILAI AMBANG BATAS DAN INDEKS PEMAPARAN BIOLOGIS (BIOLOGICAL EXPOSURE INDICES)
Bila pengendalian lingkungan tidak bisa mengurangi kadar bahan kimia di tempat kerja maka perlu dilakukan :
- pemantauan biologis (biological monitoring)
- Indeks pemaparan biologis (Biological exposure Indices)
Yaitu suatu nilai panduan untuk menil;ai hasil pemantauan biologis yang penetuan nilainya ditentukan dengan mengacu pada nilai NAB

BAHAN KIMIA BERACUN
1. Logam/metaloid
Pb(PbCO3): Syaraf, ginjal dan darah
Hg (organik&anorganik): Saraf dan ginjal
Cadmium: Hati, ginjal dan darah
Krom: Kanker
Arsen: Iritasi kanker
Phospor: Gangguan metabolisme

2. Bahan pelarut
Hidrokarbon alifatik (bensin, minyak tanah): Pusing, koma
Hidrocarbon terhalogensisasi(Kloroform, CCl4): Hati dan ginjal
Alkohol (etanol, methanol): Saraf pusat, leukemia, saluran pencernaan
Glikol: Ginjal, hati, tumor

3. Gas beracun
Aspiksian sederhana (N2,argon,helium): Sesak nafas, kekurangan oksigen
Aspiksian kimia asam cyanida(HCN), Asam Sulfat (H2SO4), Karbonmonoksida (CO), Notrogen Oksida (NOx): Pusing, sesak nafas, kejang, pingsan

4.Karsinogenik
Benzene: Leukemia
Asbes: Paru-paru
Bensidin: Kandung kencing
Krom: Paru-paru
Naftilamin: Paru-paru
Vinil klorida: Hati, apru=paru, syaraf pusat, darah

5. Pestisida
Organoklorin: Pusing, kejang, hilang
Organophosphat: Kesadaran dan
Karbamat: kematian
Arsenik

Kamis, 30 Maret 2017

Teknik Evakuasi Pada Pertolongan Pertama Gawat Darurat


Ketika terjadi suatu kecelakaan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah mengenai bagaimana sikap kita sebagai kader kesehatan mengatasi masalah yang ada. Sikap tanggap namun tenang tetap harus dijaga dalam melaksanakan tindakan.


Ketika terjadi suatu kecelakaan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah mengenai bagaimana sikap kita sebagai kader kesehatan mengatasi masalah yang ada. Sikap tanggap namun tenang tetap harus dijaga dalam melaksanakan tindakan.Hal serupa juga harus kita lakukan ketika berada pada kondisi bencana di suatu wilayah.

Salah satu hal yang perlu dilakukan ketika kita dihadapkan pada situasi-situasi seperti ini adalah pertolongan terhadap korban. Penempatan korban pada wilayah aman adalah prioritas penting setelah melakukan tindakan-tindakan pencegahan kematian seperti pemeriksaan tanda-tanda vital dan pada kondisi lebih lanjut adalah resusitasi.

Nah, untuk dapat melakukan transportasi korban dengan benar, tentunya diperlukan teknik-teknik tertentu agar pemindahan benar-benar mampu memberikan kondisi kepada korban yang lebih baik, bukan malah memperburuk keadaan karena teknik yang salah. Apalagi jika kita dihadapkan dengan tenaga penolong dengan jumlah yang variatif. Tentu tidak akan sama teknik pemindahan/ transportasinya ketika kita bersama 2 penolong yang lain, 1 penolong yang lain, atau bahkan sendiri.

    1 PENOLONG           
        a) Korban Tidak Sadar
             - Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi tengkurap)

Teknik ini dilakukan ketika sudah dipastikan bahwa korban tidak mengalami patah tulang, urai sendi, atau cedera semacamnya. Jika korban mengalami patah tulang punggung, maka teknik ini jangan dilakukan. Sebab hanya akan menyebabkan kondisi korban semakin fatal.

  Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi tengkurap)
              -  Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi terlentang)
Teknik ini juga dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada teknik kondisi korban tengkurap.

 Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi terlentang)
                - Korban berada di dalam reruntuhan gedung
Teknik ini lebih sering dipakai ketika kondisi kebakaran yang terjadi di dalam gedung. Prioritas utama adalah korban yang kita tolong, sehingga posisi penolong harus berada di atas korban untuk melindungi tubuh korban dari reruntuhan.

Korban berada di dalam reruntuhan gedung
  
Teknik membopong (Right Handed)

             - Teknik membopong
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini bisa digunakan karena lebih praktis dibandingkan dengan teknik-teknik lainnya. Namun jika penolong memiliki tenaga yang lebih, teknik ini pun bisa dilakukan untuk korban orang dewasa.



 


   

 - Tenaga penolong yang lemah
Ketika kita tidak memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan pertolongan terhadap korban, secara darurat kita dapat memindahkan korban ke tempat yang aman. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko terjadinya kondisi yang lebih darurat dibandingkan jika korban berada pada wilayah bencana.

1.. Tarikan Kaki


2. Tarikan Kain
3.Tarikan Bahu
4. Tarikan Lengan


5. Tarikan Selimut
 Kita dapat menggunakan tangan kosong maupun alat seadanya sebagai fasilitas pendukung. Alat yang digunakan dapat berupa kain atau selimut. Usahakan untuk memilih kain yang tebal untuk meminimalisir luka ketika tubuh korban bergesekan dengan tanah/ ground. Teknik ini hanya layak dilakukan untuk peindahan korban pada jarak yang relatif dekat.













Teknik Sampir Bahu (Korban Sadar)
b) Korban Sadar

 - Teknik sampir bahu
Jika korban tidak mengalami patah tulang punggung, kaki, maupun lengan, teknik ini dapat dilakukan. Teknik ini dipakai ketika korban dalam kondisi yang sangat lemah yang membutuhkan pertolongan dengan segera.

Teknik Gendong
- Teknik gendong 
Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu untuk berjalan, penolong dapat menggunakan teknik ini.



Teknik Memapah
 
 
- Teknik memapah 

Jika korban masih mampu berjalan namun dengan kondisi yang lemah, maka penolong diajurkan memilih teknik ini. Teknik ini juga disarankan bagi penolong yang tidak memiliki cukup tenaga untuk mengangkat korban.


 

 

  - Teknik membopong
 Teknik ini sama seperti teknik membopong pada korban tidak sadar. Hanya saja korban diminta untuk meletakkan tangan sebelah kirinya pada leher/ atas bahu kiri penolong agar tidak menyulitkan penolong dalam melakukan pemindahan.


     2 PENOLONG
        a)Korban Tidak Sadar
            - Teknik angkat langsung
Teknik ini adalah teknik umum yang digunakan ketika kita tak menemukan alat apapun untuk proses evakuasi korban. 
Caranya adalah dengan melipatkan kedua tangan korban ke dada, lalu tangan kanan penolong
1 memegang lengan kanan bawah dan tangan kiri memegang lengan kiri bawah korban. Sedangkan penolong 2 memegang bagian lutut korban. 



- Duduk 2 tangan
Teknik ini dilakukan jika korban sama sekali tak mampu berjalan. Kondisi korban dengan cedera kaki pada bagian bawah juga lebih tepat menggunakan teknik evakuasi ini. 

- Duduk 4 tangan
Teknik ini digunakan pada kasus sama seperti teknik pada evakuasi duduk 2 tangan






3 PENOLONG
Teknik 3 penolong atau lebih, secara umum diprioritaskan bagi korban tak sadar. Selebihnya, untuk mengatasi jarak evakuasi yang jauh, maka digunakan alat bantu berupa tandu dan peralatan-peralatan lain dengan jumlah penolong variatif. Berikut macam-macam teknik evakuasi dengan 3 penolong: 

- 3 penolong pada satu sisi korban
Teknik ini adalah yang paling sering digunakan pada evakuasi korban dengan 3 penolong. Posisi penolong pada 1 sisi menjadikan perjalanan evakuasi lebih terarah. Kekompakan dan koordinasi tim menjadi penentu berhasilnya teknik evakuasi ini. Jika penguncian korban benar, maka korban tidak akan terasa berat
3 penolong pada satu sisi korban

- 3 penolong berhadapan
Teknik ini digunakan ketika kondisi penolong memiliki tinggi badan yang tidak sama. Penolong berhadapan pada kedua sisi korban dengan tangan penolong saling berpegangan di bawah tubuh korban.

3 penolong Berhadapan

4 PENOLONG
Jika jumlah penolong lebih banyak, maka proses evakuasi akan lebih baik. Beban korban akan semakin berkurang dan akurasi dalam proses evakuasi pun semakin baik. Tekniknya adalah dengan saling berpegangan tangan di bawah tubuh korban dengan posisi penolong saling berhadapan.
 
4 Penolong


 Memindahkan korban 
yang diduga patah tulang belakang


Langkah 1

Langkah 2


Langkah 3






















Menggunakan Scoop Stretcher


Langkah 1

Langkah 2
 
Langkah 3

About Me :

Foto saya
balikpapan, kalimantan timur, Indonesia